Apa Hikmah Berkurban ?
Berkurban merupakan salah satu ibadah yang agung, karena mengucurkan darah untuk bertaqarrub kepada Allah Taalaa. Semua ibadah yang disyariatkan dalam islam pasti mengandung hikmah, baik kita mengetahuinya atau tidak, karena yang mensyariatkan adalah yang Maha Hikmah.Diantara hikmah dari berkurban yang disebutkan ulama adalah :
Pertama : menghidupkan sunah Nabi Ibrahim alaihisalam ketika beliau bermimpi menyembelih anaknya yang semata wayang Ismail alaisalam, sedangkan mimpi para Nabi adalah benar adanya.
قال الله تعالى: " وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهدِينِ رَبِّ هَب لِي مِنَ الصَّالِحِينَ فَبَشَّرنَاه بِغلَامٍ حَلِيمٍ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَه السَّعيَ قَالَ يَابنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي المَنَامِ أَنِّي أَذبَحكَ فَانظر مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افعَل مَا تؤمَر سَتَجِدنِي إِن شَاءَ اللَّه مِنَ الصَّابِرِينَ فَلَمَّا أَسلَمَا وَتَلَّه لِلجَبِينِ وَنَادَينَاه أَن يَاإِبرَاهِيم قَد صَدَّقتَ الرّؤيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجزِي المحسِنِينَ إِنَّ هَذَا لَهوَ البَلَاء المبِين "
Kedua : sesungguhnya
menyembelih hewan kurban merupakan sarana untuk berbuat baik kepada diri
dan keluarga, serta memuliakan tetangga dan kerabat dan teman- teman
dan bersedekah kepada faqir miskin, sunah telah berjalan semenjak zaman
Nabi shallawahu alaihi wasallam dalam hal berbuat baik kepada keluarga
dan memuliakan tetangga dan bersedekah kepada faqir miskin pada hari
raya Idul Adha. Sungguh telah diriwayatkan dengan derajat shahih dari
Anas bin Malik radhiallahu anhu :
عن البراء رضي الله عنه قال :( خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم النحر بعد الصلاة فقال : من صلى صلاتنا ونسك نسكنا فقد أصاب النسك ، ومن نسك قبل الصلاة فتلك شاة لحم . فقام أبو بردة بن نيار فقال : يا رسول الله لقد نسكت قبل أن أخرج إلى الصلاة وعرفت أن اليوم يوم أكل وشرب فتعجلت فأكلت وأطعمت أهلي وجيراني . فقال رسول الله : تلك شاة لحم . فقال : إن عندي عناقاً جذعةً وهي خيرٌ من شاتي لحم فهل تجزئ عني ؟ قال : نعم ، ولن تجزئ عن أحدٍ بعدك ) رواه البخاري ومسلم ، وأبو داود واللفظ له
Ketiga : bersyukur kepada Allah atas nikmatnya yang banyak:
Karena Allah Subhanahu Wa Taalaa telah mengkaruniai manusia dengan nikmat yang begitu banyaknya yang tidak terhitung seperti nikmat umur yang panjang dari tahun ketahun, kenikmatan iman, kenikmatan penglihatan dan pendengaran dan harta yang kesemuanya mengharuskan kita untuk bersyukur kepada Yang Memberinya yaitu Allah Taalaa. Dan berkurban merupakan salah satu bentuk syukur kita kepada Allah Taalaa, dimana kita bertaqarrub kepada Allah dengan mengucurkan darah kurban demi melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Taalaa, dimana Allah Azza Wa Jalla berfirman:
( فصلِّ لربك وانحر)
Artinya : (2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah) [QS Al Kautsar : 2]
Keempat : berkurban
merupakan ibadah, dimana melaksanakannya sesuai dengan contoh Rasulullah
shallawahu alaihi wasallam dengan ikhlas mengharapkan ridho Allah maka
pasti Allah akan menerima kurban kita dan memberi pahala bagi kita.
Adapun hadits yang menjelaskan tentang pahala berkurban :
Adapun hadits yang menjelaskan tentang pahala berkurban :
1493 عن عائشة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ( ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم إنها لتأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها وأن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع من الأرض فطيبوا بها نفسا )
ويروى عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: ( في الأضحية لصاحبها بكل شعرة حسنة ويروى بقرونها)
Dari Aisyah radhiallahu anha bahwa
Rasulullah shallawahu alaihi wasallam bersabda : ( tidak ada amalan
manusia yang dilakukan pada hari raya kurban yang lebih dicintai Allah
dari pada mengucurkan darah, sesungguhnya sembelihan akan datang pada
hari kiamat dengan tanduknya, bulunya, dan kuku- kukunya, dan sungguh
darahnya akan terjatuh dengan ridho Allah ditempat yang diterima Allah
sebelum dia terjatuh kebumi maka hendaklah jiwa lapang dengan kurban
(jangan benci atau terpaksa dalam berkurban)
Dan diriwayatkan dari Nabi shallawahu
alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: (dalam kurban pemiliknya akan
mendapatkan dari setiap bulunya kebaikan, dala riwayat lain dengan
tanduknya) (HR Turmudzi no: 1493)Namun hadits ini dilemahkan oleh Syaikh Albani dalam Dhaif Sunan Ibnu Majah(671), Al Misykath (1470), Dhaif Jamiul Shaghir (5112). Jadi tidak bisa dijadikan sebagai hujah untuk menentukan pahalanya.
Wallahu Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar